REDYNEWS.COM, Pagaralam - Proyek pantastis dengan anggaran Rp800 miliar dilaksanakan BBWS Sumatera VIII Kementrian PUPR RI proyek Peningkatan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Utama dikerjakan PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT. Bumi Karsa (Persiro) yang diharapkan dapat mendukung swa sembada beras atau ketahanan pangan dengan prediksi perluasan lahan pesawahan mencapai 3000 hektare terancam gagal.
Selain bangunan banyak tidak sesuai bestek dan debit air juga tidak akan mampu menjangkau jaringan irigasi karena irigasi ini tidak memiliki Bendungan, sehingga air sulit mengalir dan belum lagi rencana awal 3000 hektare lahan juga tidak jelas.
Berdasarkan penelusuran lokasi irigasi di Tapus, Plang Kenidai, Selebang, dan Jokoh, Saripaya, pembangunan bendungan irigasi di Kelurahan Jokoh, Kecamatan Dempo Tengah, tidak sesuai harapan, seperti di lokasi bangunan utama yang seharusnya dibangun bendungan tapi ternyata hanya pintu air dan saluran pembagian dengan kondisi sudah banyak rusak.
Kemudian keadaan lokasi bangunan utama juga dibangun asal jadi dengan kondisi hampir sama dengan irigasi persawahan biasa hanya dibangun pintu air pemisa dengan saluran sungai Lematang.
Tidak hanya bangunan irigasi banyak dengan kondisi rusak, ada juga yang sudah tertimbun tanah, terkikis air, dan sebagian besar saluran irigasi dibangun asal jadi atau tidak sesuai bestek.
Ditambah lagi bangunan saluran irigasi mulia dari Dusun Semidang Alas, Selebang, Jokohdan dan Pelang Kenidai semuanya hampir sama dengan luas bangunan drainase, hanya disepanjang lokasi bendungan sepanjang 4 km saja yang dibangun sesuai dengan saluran irigasi.
"Memang kalau kita lihat kondisi di lapangan dengan anggaran untuk proyek irigasi Lematang di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, cukup besar dan terbagi dalam beberapa paket, dengan total lebih dari Rp800 miliar belum termasuk pembebasan lahan," kata Saryono Anwar SH Aliasi LSM Lahat-Pagaralam, kemarin.
Menurut dia, berdasarkan data yang berhasil dihimpun nilai pagu/Nilai HPS untuk paket I Rp 358.815.000.000, sedangkan dan untuk paket II Rp 241.285.000.000, jika dijumlahkan, total nilai pagu/Nilai HPS untuk kedua paket tersebut adalah Rp 600 Miliar.
"Kemudian pembangunan jaringan irigasi D.I Lematang sudah dimulai dari tahun 2015 sampai 2018 telah menghabiskan dana sekitar Rp 203.497.353.000 untuk pembangunan jaringan primer dan sekunder," ujar dia.
Saryono menguraikan, dari datang investigasi mulia dari besi, ketebalan sementara, pemasangan dinding dan termasuk penggunaan material juga banyak yang tidak sesuai bestek sehingga belum habis masa pemeliharaan banyak yang rusak dan ada yang dikerjakan asal jadi.
"Misalnya saja, ketebalan dinding seharusnya 10 cm hanya 7-8 cm, besi rangka dinding seharusnya 10 hanya 8, dan termasuk pajang jaringan 34 km sepertinya tidak terpenuhi," ungkapnya.
Ia menambahkan, belum lagi saluran banyak yang rusak, timbunan tanah, tumbuhan rumputdan sepanjang jalur utama sudah banyak longsor.
"Kalau melihat pembangunan jalur pembagi dan lokasi bendungan paling banyak menghabiskan anggaran Rp250 miliar, lihat saja bangunan utama tidak ada brndungan, hampir sama dengan kondisi bangunan irigasi untuk persawahan dengan luas 100 hektare," ujar dia lagi.
Ditambahkan Tubagus disisi berdasarkan RAB irigasi harus ditanam rumput nyatanya tidak ada, belum lagi penggunaan bahan, ukuran bangunan seperti dinding, lantai, bibir irigasi dan panjang jaringan.
"Sepertinya cukup banyak penyimpangan yang terjadi dari pelaksana proyek irigasi Lematang ini, karena dari segi bangunan hampir sama dengan irigasi persawahan biasa, tidak ada bendungan dan saluran utama kecil-kecil," kata dia.
Memang kata dia, ada sekitar 4 jembatan yang dibangun tapi tidak akan menghabiskan anggaran diatas Rp50 miliar, dan ditambah lagi dengan kondisi jaringan induk irigasi sama rata dengan jaringan tentunya akan sulit air nya akan mengalir.
"Proyek ini perlu diaudit khusus dan dapat dipastikan banyak penyimpangan, lihat saja dari segi bangunan aneh proyek strategis nasional."
Sementara itu Satgas Penanggulangan Ketahanan Pangan RI Hafiz, mengatakan, sudah dilakukan pemeriksaan terhadap semua bangunan irigasi termasuk meminta penjelasan pelaksana proyek.
"Saya sudah cek ke dalam di lapangan untuk mengetahui kendala dilapangan. Memang saat ini masih dalam tahap pemeliharaan dan termasuk ada beberapa jaringan irigasi masih dalam tahap pembangunan," ujar dia.
Sementara Humas proyek Irigasi Lematang, Iril mengatakan, memang tahap III belum selesai, air nya sudah mengalir tapi masih sedikit dan tahap ini juga belum selesai dalam masih tahap pemeliharaan.
"Ayek e lah ngalir, tapi memang belum di alirkah, karne tahap III siring (irigasi red) pembagian belum selesai, juge masih tahap pemeliharaan," ujarnya singkat. (R.02/09/Nadi/WIS/pimred)
