Redynews.com, Riau — Niat hati para guru untuk dapat memperoleh ilmu demi mencerdaskan siswanya dimanfaatkan oleh Kordinator Wilayah pendi...
Berbekal surat dari dinas dengan nomor:893.3/ Dikpora -TP/670 tertanggal 30 januari 2023 diduga jadi senjata Korwildik berinisial MU melakukan Mark Up dalam menganggarkan biaya kegiatan tersebut demi memperoleh keuntungan pribadi dan kelompok.
Dalam surat yang himbauan dari Disdipora Kampar kegiatan akan berlangsung selama 4 hari di 2 hotel,namun kenyataannya cuma dilaksanakan selama sehari.
Sungguh malang nasib 380 guru dari kecamatan Siak Hulu dan Perhentian raja.Keinginan mulia mereka malah dijadikan ajang untuk melakukan mark up oleh Korwildik.
Para guru yang ingin memperoleh pengetahuan soal vidio pembelajaran mengunakan Aplikasi Canva dan juga implementasi kurikulum merdeka jadi sebuah rizki bagi Koorwildik Siak Hulu.
Nasib mereka yang belum terima gaji dan tunjangan seakan akan tidak berarti apa apa oleh Korwildik berinisial MU.
Workshop yang dijadwalkan 4 hari atau dari tanggal 11 – 14 februari dihotel Altha Bangkinang dan Mona Pekanbaru ternyata hanya dilaksanakan selama 1 hari tuntas.
Termasuk menerima sertifikat tanpa nama.Sebuah indikasi betapa buru buru dan tanpa rencananya kegiatan ini.Selain itu acara yang rencananya dilaksanakan di dua hotel cukup mewah malah dialihkan ke gedung Balai Latihan Penyeluh Pertanian (BLPP) yang notabene milik pemerintah.
Padahal para guru sudah dipungut biaya RP.250.000 per kepala atau berkisar RP 95.000.000(Sembilan Puluh Lima Juta Rupiah).
Menurut salah satu guru yang tidak mau disebutkan namanya merasa cukup kecewa atas pelaksanaan kegiatan tersebut.Semua rencana kegiatan tidak terlaksana sebagaimana mestinya.
“Sebagai seorang guru tentu kami sangat patuh pada himbauan dari Dinas Pendidikan.Apalagi kegiatan ini sangat bagus untuk memperoleh tambahan ilmu yang nantinya sangat berguna dalam proses belajar mengajar.
Sebab sebagai pendidik tentu punya tujuan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk itu seorang guru harus punya bekal yang banyak.
“Soal biaya sebenarnya kami tidak mempermasalahkan awalnya.sebab acara dilakukan dihotel.apalagi acara 4 hari jadi pasti baiya besar sehingga kami rela merogoh kocek meskipun gaji dan tunjangan belum keluar. Demi peserta didik dana tersebut terpaksa disediakan.”
“Hanya saja ekspektasi dan kenyataan tidak sejalan.Rencana Workshop dihotel ternyata cuma dilaksanakan diBLPP Marpoyan. Sebuah gedung milik dinas pertanian.Pelatihan yang katanya empat hari ternyata cuma satu hari saja”.
“Penderitaan dan kesedihan kami semakin dalam saat dilokasi Workshop.Banyak teman teman yang terpaksa mendengarkan materi diluar karena kapasitas ruangan tidak memadai. Jadi apa mungkin fokus dengan dalam menyerap ilmu pengetahuan dengan situasi seperti itu.Saat jeda istirahat kami cuma diberi jeda nasi bungkus atau pun snack.”
”Melihat kondisi tersebut banyak teman teman merasa kami cuma dijadikan proyek oleh pihak dinas dan korwil.Bagaimana mungkin bisa menguasai sebuah aplikasi baru dalam sehari.
Belum lagi harus bisa mengimplementasikan kurikulum merdeka dihari yang sama.Apalagi kemampuan otak masing masing orang berbeda beda dan ditambah banyaknya peserta yang berada diluar sehingga tidak fokus”
Kondisi seperti ini sering dimanfaatka oleh pemangku kepentingan.Guru yang punya tugas mulia seakan akan bisa dijadikan sapi perah oleh orang orang yang berada didinas pendidikan.
Banyak celah yang dimanfaatkan agar bisa mengeruk keuntungan dari guru demi memperkaya diri sendiri dan golongan.
Sementara, H Aidil SPd, MSi yang saat itu menjabat sebagai Plt Kadisdikpora Kampar, saat dikonfirmasi via selulernya hanya bicara sedikit. “Itu pelaksanaan workshop sudah lama. Nanti kita arahkan ke Kabid Ketenagaan,” tutupnya.**
Sumber : Lintas Kriminal
COMMENTS